Minggu, 29 November 2015

Kunci Kesuksesan

Lembutnya kapas seperti sifatmu
Teduhnya cuaca hari ini seperti teduhnya senyumanmu
Pengalaman adalah hal yang kau berikan kepadaku
Pengetahuan adalah hal yang selalu kau berikan kepadaku

Kau adalah 'diary' terbaik ku
Kau selalu ada untuk ku
Tak perduli apa yang terjadi
Kau selalu mempercayai ku

Kau bagaikan bermacam warna
Dimana setiap warna memiliki arti
Seperti dirimu selalu berarti dihidupku
Dan kau memberi warna dikehidupan ku

                        Kerutan didahi mu menandakan kau memikirkan sesuatu
                        Apakah kau memikirkan ku?
                        Terlihat kecemasan saat malam tiba
                        Apakah kau memikirkan ku yang tak kunjung datang?

Tenanglah, walaupun ku beranjak dewasa
Janganlah berfikir aku akan melupakan mu
Kini aku sedang berjuang
Berjuang untuk membanggakan mu

                        Rasa letih tak pernah kau tunjukkan
Rasa marah selalu kau padamkan      
Rasa kecewa tak kau hiraukan
Rasa sedih selalu kau tegarkan

Kita sama
Kita selalu bersama
Ku tak akan meninggalkan mu
Seperti kau yang tak pernah meninggalkan ku

                        Tunggulah samapai aku datang untuk mu
                        Membawa sebuah hal yang dapat membuat mu senang
                        Kini aku mendapatkan kesuksesan ku
                        Dan akan ku persembahkan untuk mu

Kesuksesan ku tak sebanding dengan mu
Dirimu yang selalu ada hingga semua ini terwujud
Kau harus tau Ibu
Kaulah kunci kesuksesan ku

Kamis, 26 November 2015

Kota Tua-Museum Fatahillah



Kami mendapat tugas dari bu Meti Nurhayati dengan mata kuliah Ilmu Budaya Dasar, untuk mengunjungi salah satu museum yang berada di wilayah JABODETABEK untuk mengetahui sejarah-sejarah yang terdapat dimuseum tersebut. Kelompok kami beranggotakan lima orang yaitu, Fina Triani Sakti, Napsiah, Nur Shandi Setiani, Riqqoh Ambrani, dan Vicka Yudesti Ilna. Kami memilih untuk mengunjungi Museum Fathilah yang berada di Kota Tua yang teletak di Jakarta. Kami akan menceritakan pengalaman kami dari awal perjalanan hingga kami pulang kembali. Kami berkumpul di kampus Universitas Gunadarma kampus D pukul 11.00 lalu kami berangkat menaiki kereta commuter line dari stasiun Pondok Cina. Kami membeli tiket Stasiun Pondok Cina-Stasiun Jakarta Kota  harian seharga 16 untuk harga pulang pergi dimana 10 ribunya akan dikembalikan setelah tiba kembali di stasiun Pondok Cina karna itu merupakan harga jaminan kartu tersebut. Perjalanan sekitar satu jam.

Setibanya di stasiun Jakarta Kota, kami berjalan kearah Kota Tua melalui pintu keluar. Setelah sampai di Kota Tua kami membeli tiket untuk memasuki museum Fatahillah seharga Rp 5000/orang. Setelah kami membeli tiket kami memasuki museum tersebut, tidak lupa kami mengganti alas kaki kami menggunakan sandal jepit yang telah disediakan oleh pihak museum tersebut dengan tujuan agar museum tetap terjaga kebersihannya.

Kami berkeliling didalam museum tersebut, museum ini juga memiliki sejarah.

Sejarah Museum Fatahillah

Pada tahun 1937, Yayasan Oud Batavia mengajukan rencana untuk mendirikan sebuah museum mengenai sejarah Batavia, yayasan tersebut kemudian membeli gudang perusahaan Geo Wehry & Co yang terletak di sebelah timur Kali Besar tepatnya di Jl. Pintu Besar Utara No. 27 (kini museum Wayang) dan membangunnya kembali sebagai Museum Oud Batavia. Museum Batavia Lama ini dibuka untuk umum pada tahun 1939.
Pada masa kemerdekaan museum ini berubah menjadi Museum Djakarta Lama di bawah naungan LKI (Lembaga Kebudayaan Indonesia) dan selanjutnya pada tahun 1968 ‘’Museum Djakarta Lama'’ diserahkan kepada PEMDA DKI Jakarta. Gubernur DKI Jakarta pada saat itu, Ali Sadikin, kemudian meresmikan gedung ini menjadi Museum Sejarah Jakarta pada tanggal 30 Maret 1974.
Untuk meningkatkan kinerja dan penampilannya, Museum Sejarah Jakarta sejak tahun 1999 bertekad menjadikan museum ini bukan sekedar tempat untuk merawat, memamerkan benda yang berasal dari periode Batavia, tetapi juga harus bisa menjadi tempat bagi semua orang baik bangsa Indonesia maupun asing, anak-anak, orang dewasa bahkan bagi penyandang cacat untuk menambah pengetahuan dan pengalaman serta dapat dinikmati sebagai tempat rekreasi. Untuk itu Museum Sejarah Jakarta berusaha menyediakan informasi mengenai perjalanan panjang sejarah kota Jakarta, sejak masa prasejarah hingga masa kini dalam bentuk yang lebih rekreatif. Selain itu, melalui tata pamernya Museum Sejarah Jakarta berusaha menggambarkan “Jakarta Sebagai Pusat Pertemuan Budaya” dari berbagai kelompok suku baik dari dalam maupun dari luar Indonesia dan sejarah kota Jakarta seutuhnya. Museum Sejarah Jakarta juga selalu berusaha menyelenggarakan kegiatan yang rekreatif sehingga dapat merangsang pengunjung untuk tertarik kepada Jakarta dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya warisan budaya.
Gedung Museum Sejarah Jakarta mulai dibangun pada tahun 1620 oleh Gubernur Jendral Jan Pieterszoon Coen sebagai gedung balai kota kedua pada tahun 1626 (balai kota pertama dibangun pada tahun 1620 di dekat Kalibesar Timur). Menurut catatan sejarah, gedung ini hanya bertingkat satu dan pembangunan tingkat kedua dilakukan kemudian. Tahun 1648 kondisi gedung sangat buruk. Tanah Jakarta yang sangat labil dan beratnya gedung menyebabkan bangunan ini turun dari permukaan tanah. Solusi mudah yang dilakukan oleh pemerintah Belanda adalah tidak mengubah pondasi yang sudah ada, tetapi menaikkan lantai sekitar 2 kaki (56 cm). Menurut suatu laporan 5 buah sel yang berada di bawah gedung dibangun pada tahun 1649. Tahun 1665 gedung utama diperlebar dengan menambah masing-masing satu ruangan di bagian Barat dan Timur. Setelah itu beberapa perbaikan dan perubahan di gedung stadhuis dan penjara-penjaranya terus dilakukan hingga menjadi bentuk yang kita lihat sekarang ini.
Selain digunakan sebagai stadhuis, gedung ini juga digunakan sebagai ‘’Raad van Justitie'’ (dewan pengadilan). Pada tahun 1925-1942 setelah aktivitas Balai Kota dipindahkan ke Koningsplein Zuid (Sekarang Jl. Medan Merdeka No. 8-9, Jakarta Pusat), gedung ini dimanfaatkan sebagai Kantor Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan pada tahun 1942-1945 dipakai untuk kantor pengumpulan logistik Dai Nippon. Tahun 1952 gedung ini menjadi markas Komando Militer Kota (KMK) I, lalu diubah kembali menjadi KODIM 0503 Jakarta Barat. Tahun 1968, gedung ini diserahkan kepada Pemda DKI Jakarta, lalu diresmikan menjadi Museum Sejarah Jakarta pada tanggal 30 Maret 1974.
Seperti umumnya di Eropa, gedung balaikota dilengkapi dengan lapangan yang dinamakan ‘’stadhuisplein'’. Menurut sebuah lukisan uang dibuat oleh pegawai VOC ‘'’Johannes Rach”’ yang berasal dari ‘'’Denmark”’, di tengah lapangan tersebut terdapat sebuah air mancur yang merupakan satu-satunya sumber air bagi masyarakat setempat. Air itu berasal dari Pancoran Glodok yang dihubungkan dengan pipa menuju stadhuiplein. Pada tahun 1972, diadakan penggalian terhadap lapangan tersebut dan ditemukan pondasi air mancur lengkap dengan pipa-pipanya. Maka dengan bukti sejarah itu dapat dibangun kembali sesuai gambar Johannes Rach, lalu terciptalah air mancur di tengah Taman Fatahillah. Pada tahun 1973 Pemda DKI Jakarta memfungsikan kembali taman tersebut dengan memberi nama baru yaitu ‘'’Taman Fatahillah”’ untuk mengenang panglima Fatahillah pendiri kota Jakarta.


Setelah kami selesai melakukan penelitian, kami tidak lupa untuk ISOMA. Lalu kami pulang dari Stasiun Jakarta Kota menuju Stasiun Pondok Cina. Kami sampai di Stasiun Pondok Cina pukul 17.00.

Ada beberapa objke yang kami potret diantaranya :


  
  
   
 

Dan inilah foto kami di museum Fatahillah

Selasa, 24 November 2015

Membuat Tempat Tisu dari Kertas Bekas



Membuat Tempat Tisu dari Kertas Bekas



Banyaknya tumpukan kertas seperti koran, majalah, dan buku-buku yang sudah tidak terpakai membuat saya bingung mau dikemanakan kertas-kertas ini?


Sampai akhirnya saya pernah diberi tugas untuk membuat suatu kretivitas dari barang-barang yang sudah tidak terpakai namun dapat diolah kembali menjadi suatu barang yang dapat digunakan kembali. Awalnya saya bingung harus membuat apa, namun saya coba mencari ide melalui google. Saya melihat tempat tisu yang terbuat dari kertas dan kardus yang sudah tidak terpakai. Kebetulan sekali saya memiliki banyak majalah dan kardus yang sudah tidak terpakai lagi.

Saya buatlah tempat tisu dari kertas dan kardus tersebut. Dalam hal ini, saya menggunakan majalah karena kertasnya lebih pernuh warna dibandingkan koran yang hanya berwarna hitam dan putih. Alasan saya menggunakan majalah yang penuh warna karna saya lebih suka sesuatu yang lebih bewarna. Namun, jika anda lebih suka yang terlihat simple dan klasik anda dapat menggunakan koran karna warna nya tidak mencolok.

Untuk membuat tempat tisu ini, kita memerlukan beberapa alat dan bahan yang diantaranya adalah


·         Alat

- Gunting / cutter.

·         Bahan

- Kertas yang sudah tidak dipakai,
- Lem,
- Lakban.

Adapun langkah-langkah untuk membuat tempat tisu ini, yaitu

1.      Siapkan koran bekas, lalu potong satu lembarnya menjadi 8 (delapan) bagian yang sama. Sehingga membentuk bangun persegi panjang,
2.      Lalu siapkan lem kertas biasa,
3.      Gulunglah potongan koran tadi secara perlahan di alas rata hingga membentuk gulungan-gulungan koran kecil seperti menggulung batang rokok. Usahakan hasil gulungan rapat,
4.      Buatlah sebanyak-banyak gulungan-gulungan koran kecil tersebut. Diperkirakan  hingga cukup untuk menutupi kardus yang digunakan,
5.      Pilah-pilah gulungan yang tampak tulisan dengan yang tidak. Jadikan satu untuk mempermudah pengolahan dan terlihat rapi,
6.      Sediakan gunting untuk memotong gulungan sesuai dengan ukuran kardus yang kita gunakan,
7.      Lem kertas tersebut agar tidak terbuka dari gulungannya,
8.      Guntinglah gulungan-gulungan tadi dan susunlah gulungan seperti menyusun tumpukan bambu dengan lem, hingga menutupi seluruh bagian kardus yang digunakan,
9.       Susunan-susunan yang direkatkan dan sudah jadi, beri lakban di sisi-sisi kardus agar terlihat lebih rapi,
10.  Bentuk dan ukuran bisa bervariasi sesuai dengan keinginan dan inspirasi kita, tempatkan ditempat yang pantas di rumah anda. 

Contoh dari tempat tisu ini :




Catatan :

·         Dalam membuat tempat tisu ini anda dapat menambahkan sedotan, kertas origami, cat, kain, stick es krim, dll, sesuai keinginan anda.
·         Kardus yang digunakan juga dapat disesuaikan dengan ukuran tisu.
·         Kertas dan kertas bekas ini juga tidak hanya dapat digunakan sebagai tempat tisu saja, melainkan seperti tempat pensil, bingkai foto, pajangan, dll.  

Selamat Mencoba ! ^^